liputanhusus. com / BANDUNG -Manusia selalu berusaha melihat “gambar besar” (bigger picture). Umpamanya; manusia tak melihat titik-titik di angkasa, tapi mereka melihat rasi bintang (constellation). Manusia tak melihat musibah, tapi mereka melihat “hikmah” di sebaliknya dan “alasan” mengapa ia terjadi.

Itu sebabnya manusia adalah makhluk paling berjiwa seni; kumpulan tinta diukirnya menjadi lukisan, kumpulan benang dijahitnya menjadi baju, kumpulan kata disambungnya menjadi puisi, dan kumpulan pengalaman dirajutnya menjadi biografi.

Betapa menderitanya, bila kita menjalani kehidupan, tanpa mengetahui makna kehidupan, tanpa menjalaninya, tanpa meresapinya, menderita, pahit, sekaligus menurunkan derajat kita menjadi seekor binatang, bahkan menjadi sepotong batu.

Meaning is the flavor of life, without it, life’s just a short and bitter thing; like an orange pith….

Makna adalah citarasa kehidupan, tanpanya, hidup hanyalah sesuatu yang pendek dan pahit; bagaikan biji jeruk…

Maka carilah makna hidup! Dan makna hidup selalu terbentang dimana-mana, biasanya ia suka berada di 2 tempat yang Tuhan amat sukai; sajadah dan hati manusia. Rutinlah mengunjungi 2 tempat tersebut dengan munajat di atas sajadah, dan dengan menghias bahagia di hati manusia, biasanya, kita akan mendapati citarasa hidup itu merekah (blooming) di hati kita. Wallahua’lam.  ( Ims) *

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *